WELCOME TO OUR BLOG! WE ARE @GMChanceINDO ON TWITTER! SHARE ANYTHING HERE ABOUT GREYSON! HAVE FUN!

Thursday, May 10, 2012

Greyson Short Story - @GMChanceINDO (part2)

For Me, For You, and For Rosie
GREYSON SHORT STORY (part 2) written by



Bvlgari Hotel, Bali, Indonesia.
"Are you fucking kidding me? We're gonna stay here? Bvlgari? Ritz Carton's team?" Kataku begitu bus yang membawa kami dari bandara berhenti di depan Bvlgari hotel. Hotel bintang yang saaaaangat mewah.
"Didn't you hear the committee yesterday? They've explained anything to us. Including staying at Bvlgari. They even said it again when we were arrived at Ngurah Rai," celoteh Hilary.
"I wasn't listening," kataku sambil beranjak berdiri, bersiap untuk turun.
"What will you gonna be if I'm not here," ucap Hilary asal.
Kami pun turun dan mengambil koper kami, lalu langsung digiring panitia untuk masuk ke dalam hotel.
Saat aku baru masuk, aku sempat melihat Greyson dikawal beberapa orang. Mungkin dia akan pergi ke kamarnya. Ah, mana aku peduli.
Aku celingak-celinguk. Memperhatikan setiap sudut hotel yang wow buatku. Ini sangat mewah. Andai saja Rosie ada disini. Ia pasti sangat senang. Tapi... Itu hanyalah angan-anganku saja.
"You're not listening again?" ucap Hilary terdengar kesal sambil menepuk bahuku lumayan keras.
"What?" Tanyaku.
"I'm talking to you, Miss Collins!"
"About what?"
"Bzzz! First, today is a free day. We're not going anywhere and stay here. We'll start the trip tomorrow. Second, four people for each room and we will be in the same room with Clove."
"Clove? It's okay. And who's the other one?"
"Casey Evans," ucap Hilary sambil menatapku tajam.
"Excuse me?!" Kataku kaget. "Can we change the roommates? Oh, please!"
"You're late. We're going to our room now," kata Hilary sambil menggeret kopernya dan pelahan berlalu meninggalkanku.
"Wasn't she going to exchange for her room or roommates? I mean, she doesn't even agree if I'm here. She supposed to be refuse it, to be in the same room with us."
"She did nothing, she just agreed. That's what am I afraid about. I'm afraid that she'll do something to you. Just look at her face, she looks like hate you so much," bisik Hilary sambil melirik Casey yang sedang memasang raut wajah angkuh pada wajah cantiknya. Dia memang terlihat benci sekali padaku. Well, dari awal dia memang tak setuju aku ada disini.
Sebenarnya aku tak terlalu mempedulikan Casey. Namun aku hanya khawatir dia akan membuatku dipulangkan ke New York. Namun aku berusaha tenang. Tujuanku kesini bukan untuk liburan. Tapi untuk berbicara dengan Greyson. Ya. Hanya itu.

*****

Makan malam tadi adalah makan malam paling menyebalkan yang pernah kualami. Aku harus duduk satu meja dengan orang yang kubenci. Ya, siapa lagi kalau bukan Greyson?
Sepanjang acara makan malam aku hanya diam dan mendengarkan para Enchancers dan Greyson berbincang. Aku hanya berusaha tersenyum dan menjawab jika mereka menanyaiku sesuatu.
Satu lagi yang membuatku kesal: Casey. Dia terlihat paling menonjol diantara kami bersepuluh. Ia berusaha mencuri perhatian Greyson dan berusaha dekat-dekat dengan lelaki itu. Ia berlagak sok manis dan berperilaku seakan-akan ia Enchancer nomor satu di dunia ini. Ewh.
Selesai acara makan malam, aku memutuskan untuk langsung kembali ke kamar dan tidur, sedangkan Hilary memilih jalan-jalan keliling hotel bersama Laura, Kate, dan Helena.
Aku menyembunyikan tubuhku dibalik selimut setelah mengirim e-mail pada mommy untuk mengabarkan keadaanku sekarang. Aku memandang langit-langit dan seketika aku teringat sosok Rosie. Lagi-lagi air mataku menetes.
Tuhan, aku rindu Rosie.

*****

Aku terbangun.
Aku mengecek jam di iPhone ku yang menunjukkan pukul 10.47.
Hilary telah terlelap di sebelahku. Sedangkan Clove dan Casey di ranjang lain. Aku memutuskan untuk kembali tidur.
Tapi... Setelah 15 menit mencoba aku tak kunjung tidur.
Aku bangun, membasuh wajahku, memakai sweater, dan keluar dari kamar. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan keliling hotel. Aku pun pergi ke kolam renang dan duduk di sebuah kursi di pinggir kolam renang.
Aku hanya terdiam.
Merenung.
Dan membiarkan angin malam meniup pelan tubuhku.
Jujur, aku belum tahu kapan aku akan berbicara dengan lelaki itu, dan bagaimana aku memulai untuk menceritakan tentang Rosie padanya. Dan aku pun tak mengerti jika sudah menyelesaikan masalahku disini, aku akan langsung pulang ke New York atau ikut liburan disini.
Aku meletakkan kepalaku di meja bundar di depanku. Semilir angin malam perlahan menidurkanku. Aku hampir saja terlelap sampai...
"Karen?" Sesuatu mendarat di pundakku.
Aku tercekat. Suara itu begitu menggelitik telingaku, membuatku terbangun. Aku menolehkan kepalaku.
"Greyson?"
Greyson duduk di sebelahku. "What are you doing here?"
"I can't sleep. So I take a look around the hotel," jawabku datar. "You?"
"Me too."
Kami berdua terdiam. Seketika rasa benciku pada Greyson muncul kembali. Lelaki yang duduk di sampingku ini, adalah lelaki yang menyebabkan kematian adikku. Dia harus membayar semuanya.
"I'm so sad of your sister's death. So... Do you mind to tell me about her?"
"It's your fault. You killed her," potongku sinis. Greyson terlihat tertegun.
"I... I didn't do anything. I don't know anything. I don't even know your sister. How could you blame me?"
"You should know, then."
"Yeah. That's why you're here right? To tell me about her?"
Aku terdiam sejenak.
"I don't know where's to start," kataku datar. Namun Greyson hanya memandangiku. Akhirnya, aku pun memberikan iPhone-ku pada Greyson yang menampilkan foto Rosie.
"She is Rosalie Amanda Collins. But we usually called her Rosie. She was born in New York, on January, 1st 2000. She liked you since she saw your video Paparazzi on YouTube, that was 2010. Then, she started to found out about you. She became an Enchancer," kataku menceritakan sedikit tentang Rosie. Aku pun tediam. Tak tahu harus melanjutkan darimana.
"Did she ever meet me?"
"She ever went to your showcase once. She was so excited. She... She said that you're amazing. She never forgot about that. The best day of her entire life."
"She has many stuffs about me?"
"She has like everything. Posters, albums, shirts, necklaces, bracelets, books, magazines," kataku menyebutkan barang-barang Rosie tentang Greyson yang kuingat. Aku pun lanjut menceritakan kebiasaan-kebiasaan Rosie yang berhubungan dengan Greyson. Greyson hanya terdiam, mendengarkan, dan memandangiku yang sebenarnya membuatku risih.
"You're the only one she likes. You're her life. You're her everything. Until..."
"Until 'I killed her'?" Potong Greyson.
Aku menganggukkan kepalaku. Aku pun menceritakan kejadian saat ia meninggal.
"You must pay for it," kataku sinis saat aku selesai menceritakan tentang kematian Rosie.
"How?" Tanyanya.
Aku tediam cukup lama saat akhirnya aku menggelengkan kepalaku dan berkata, "No idea."
"I'll do what can I do. But I'm not sure it will pay everything or even heal your wound a little bit."
"My heart will never be healed," kataku lirih dan... Air mataku kembali menetes. Dan tiba-tiba tangan Greyson mendarat di punggungku, mengelusku pelan. Namun aku langsung menyingkirkan tangannya. Greyson terlihat kaget.
"How dare you touch me?!"
Greyson terdiam cukup lama. Ia terlihat bingung dengan apa yang harus ia katakan, seperti diriku.
"I'm so sorry. I can't do anything worth. Sorry. But... I'll come to New York, I'll meet your parents and visit your sister's grave very soon. I promise."
Aku terdiam dan Greyson juga. Aku memandanginya sejenak.
Greyson tak seburuk yang kupikirkan.
Dan tiba-tiba aku berpikir, apa yang harus Greyson lakukan agar bisa membayar kematian adikku ataupun menghapus luka keluargaku.
Jawabannya adalah...
Tidak ada.
"Just time that can heal that wound, Karen," kata Greyson tepat seperti apa yang juga sedang kupikirkan. "Once again, I'm sorry."
"It's..." Kataku ragu.
"It's what?" Tanya Greyson penasaran.
"It's not your fault."

*****

"It's not your fault."
Air mataku mengalir deras setelah mengatakan kalimat itu. Aku pun langsung berlari meninggalkan Greyson di kolam renang. Aku bingung. Aku bingung dengan apa yang harus kulakukan. Luka akan kepergian Casey dan kebencianku terhadap Greyson memang bekurang sekarang. Namun itu tak cukup. Aku masih sangat teluka.
Mungkin Greyson benar. Aku hanya butuh waktu.
Dan sekarang aku merasa bodoh. Aku yang membenci Greyson, aku yang ingin bertemu dengannya, dan sekarang aku disini bersamanya. Namun setelah berbicara dengan Greyson tadi, aku malah berpikir bahwa Greyson memang tak salah apa-apa. Entah mengapa. Saat berbicara dengannya tadi, aku merasa Greyson sangat perhatian, menyesal, dan ikut sedih akan kematian Rosie. Dia begitu...............................
Tulus.
Aku kembali ke kamarku dan masuk ke kamar mandi. Aku menangis disana dan membasuh mukaku. Berusaha menenangkan diriku sendiri.
"Where have you been?"
Suara itu mengagetkanku dan membuatku langsung mengusap air mataku. Ya. Itu Casey.
"None of your business," kataku pelan.
Casey mendengus sinis dan memandangi refleksiku di cermin.
"You know... Your sister must be disappointed of you, cause you're a Greyson hater and you keep blaming him."
"I won't hate Greyson if he didn't kill my sister."
"He didn't kill your sister!" Kata Casey sambil tertawa mengejekku.
"Yes, he did. If my sister wasn't going to his concert, she won't die."
"How can you blame him? He doesn't even know who's your sister. Your sister is just a fan, a little fan, an unimportant fan!"
"Oh, you think you're important?!" Kataku mulai kesal. Casey terdiam dan menatapku sinis.
"You didn't suppose to be here. There's so many Enchancers out there who deserves your position here. Actually I will pity because of your sister death. Yeah, if you're not a Greyson hater."
"Shut the fuck up, Miss Evans. You know nothing about me and my sister, Rosie. And it's my business, completely not yours. You suck," kataku Emosi.
"If I'm suck, what are you, hater sucks?!"
Casey berjalan ke arahku dan mendorongku ke dinding. Ia mencengkeram bahu dan leherku sangat kuat sehingga aku tak bisa melawan.
Aku menangis.
Bukan karena aku takut.
Tapi aku marah dan tak terima karena Casey telah menjelek-jelekkan adikku dan diriku sendiri.
I won't let anybody bully me.
"Oh, why you crying? Are you afraid, baby?"
"Why should I afraid with you? You're nothing."
"I am Casey Evans, I'm an Enchancer, and I won't let haters disturb us. Yeah, us. Greyson and Enchancers."
"I'm not disturbing you. I do nothing! You're crazy, Casey, you're killing me! You're psycho! Hilary!!!" Kataku berteriak dan mencoba melawan, serta meminta pertolongan Hilary.
"Oh, you expect your friend to help you? Looser!"
"Casey, stop! It hurts!"
Aku mencoba melepaskan tangan Casey dari bahuku. Kuku-kuku tajamnya sangat menyakitiku.
"I won't stop until you back to New York! I won't stop until there's no suck haters!"
"Casey, what the hell are you doing?!"
Finally, Hilary dan Clove terbangun dan mereka segera memisahkan Casey dariku. Aku terbatuk. Namun rupanya Casey masih berusaha 'menerkam'ku. Ia berhasil menjambak rambutku sehingga aku berteriak.
"Casey, are you crazy?! You're hurting her!" Kata Clove berusaha menenangkan Casey.
Sedangkan aku, terbatuk dan berusaha menormalkan nafasku yang tersengal akibat ulah Casey. Aku terduduk di closet sedangkan Casey, Clove, dan Hilary masih berdebat.
Sampai...
"What's happening here?"

*****

Seratus persen aku yakin kalau aku akan dipulangkan ke New York besok.
Setelah bertemu Greyson tadi, aku langsung masuk ke kamar mandi tanpa mengunci pintu. Alhasil, saat aku, Casey, Hilary, dan Clove bertengkar dan saling berteriak, beberapa orang panitia masuk ke kamar kami dan memergoki kami. Kami berempat langsung diinterogasi satu per satu. Aku menceritakan kejadian yang sebenarnya sampai...
"She's lying!" Teriak Casey yang terlihat takut dan berusaha menutupi apa yang telah dia lakukan tadi, agar aku tak menceritakan yang sebenarnya.
"I'm not lying. For what I'm lying? I'm just telling the truth, what had happened."
"I didn't push you against the wall!" Kata Casey mencoba berbohong.
"So what's this?" Aku membuka sedikit sweaterku dan menunjukkan bekas goresan kuku Casey di pangkal leherku, membuat Casey bungkam.
"Don't lie, Miss Evans. Just tell us what's the truth so we can know what we should do. So everything will be clear and tomorrow we can start our vacation with no problems. Don't be afraid," kata seorang panitia yang kuketahui bernama Susan, mencoba mengorek kebenaran dari Casey. "So, did you push Karen against the wall?"
Dan akhirnya.....
Casey mengangguk.
Para panitia langsung saling memandang satu sama lain dan sedikit menjauh dari kami berempat. Sepertinya mereka berusaha mengambil keputusan, apa yang harus dilakukan kepada kami. Dan mungkin... Aku akan dipulangkan ke New York. Ya. Pasti. Aku adalah seorang hater disini. Dan aku pasti dianggap sudah mengganggu. Namun bagaimana masalahku dengan Greyson? Aku belum selesai menceritakan tentang Rosie padanya.
"I'm sorry, Miss Collins. But we should take you back to New York."
"No."
Sebuah suara dari ambang pintu mengagetkan kita semua. Greyson. Ia, manajer, serta ibunya menghampiri kita semua.
"I've known everything. And if Casey was the one who start the fight, she is the one that supposed to be sent back to LA. Not Karen," kata Greyson kembali membelaku untuk yang kedua kalinya.
"You prefer send your fan home than send your hater home?" Tanya Hilary frontal.
"Who make mistakes should take the responsibilities."
"No, don't send Casey home. Send me home," kataku.
"We're not done, Karen," balas Greyson sambil menatapku dalam. "I won't send anybody home. This is should be our holiday. We're family. We should respect each other. Please, don't send anybody home. Everything's gonna be alright as long as we keep calm."
Greyson berusaha memohon kepada panitia untuk tak memulangkan siapapun. Sebenarnya, dia terlihat seperti membelaku.
Seseorang yang tiap hari kusalahkan, sekarang membelaku.
"Greyson's right. We shouldn't send anybody home. We even haven't start our vacation," kata Stacy memberi pendapat.
Para panitia sekali lagi berunding dan akhirnya...
"Okay. Karen won't be sent back to New York."
Entah mengapa aku merasa lega. Aku masih bisa tinggal disini.
Akhirnya panitia menyuruhku untuk pindah ke kamar lain. Dan Casey pun meminta maaf padaku walaupun ia masih terlihat benci padaku. Dan sebelum aku meninggalkan ruangan, aku berbicara pada Greyson.
"Thank you. I'm sorry I made a 'disaster' today. I just won't let anybody bully me. If someone do what Casey did to me to you, I believe you'll do the same thing as I did. How can you don't do what I did if someone judges your beloved sister when they don't even know who are you and who's your sister?"

*****

Tour hari pertama.
Setelah kami mengunjungi berbagai tempat di Bali, kami singgah di Pasar ⁠Sukawati⁠.
Aku cukup menikmati liburanku kali ini. Walaupun tak bersama keluargaku termasuk Rosie, aku cukup senang.
Sejak kemarin, perasaanku menjadi lebih baik. Aku merasa lebih tenang. Well, walaupun aku masih bingung dengan diriku sendiri yang berubah pikiran secepat itu.
"What are you gonna buy?" Tanya Greyson yang ternyata ada di sebelahku.
"I don't know."
"What do you think about this one?" Tanya Greyson lagi sambil mengambil sebuah gantungan kunci berbentuk wayang dan meneliti gantungan kunci tersebut.
"I thought you already have it."
"Yeah, but it's different. Wait... How do you know I have a key chain like this?"
"Rosie ever showed me your photo carrying a puppet key chain."
Greyson menganggukkan kepalanya.
"Okay. I'll buy three. One for me, one for you, and one for Rosie."
"For Rosie?"
"Just put it on her room. She would be like it," kata Greyson sambil mengedipkan sebelah matanya dan berlalu meninggalkanku.
Aku tersenyum kecil.
Sepertinya aku tak perlu ragu untuk merubah pikiranku dan berhenti membenci Greyson. Greyson adalah lelaki yang baik.
Ya.
Kematian Rosie bukan salahnya.

-to be continued-

No comments:

Post a Comment